”Eh, gajimu berapa, sih?” Hm… Anda pasti terkejut bila mendengar seorang teman melontarkan pertanyaan seperti itu. Tidak masalah, apakah gaji Anda lebih tinggi atau lebih rendah daripada gaji teman Anda itu, tetapi berapa gaji Anda sebenarnya bukan urusan orang lain. Mereka tidak peduli bagaimana Anda bekerja keras untuk mendapatkan gaji sebesar itu, intinya mereka hanya ingin tahu saja.
Yang lebih penting, topik uang adalah topik yang sensitif. Bukan hanya ketika menanyakan soal gaji, tetapi juga ketika seseorang menanyakan harga barang-barang Anda, membayar utang, atau siapa yang harus membayar ketika makan bersama. Namun Mary Mitchell, penulis sejumlah buku etiket dan Presiden The Mitchell Organization, punya cara jitu untuk menghadapi situasi keuangan yang tidak nyaman ini. Ketika seseorang mengatakan sesuatu tentang uang, yang sering membuat Anda tidak nyaman, Mitchell mengatakan bahwa pertahanan terbaik adalah dengan mengubah topik pembicaraan.
“Gunakan nada suara yang sama ketika menanggapi seseorang yang menanyakan pertanyaan yang tidak pantas. Tanpa emosi, tanpa penilaian. Jika orang itu makin agresif, tersenyumlah dan tanyakan padanya, ‘Kenapa sih, kamu ingin tahu soal itu?’” tuturnya.
Mitchell memberikan saran-saran untuk menghadapi beberapa situasi tak nyaman mengenai keuangan yang sering Anda hadapi.
1. Seorang teman bertanya berapa gaji Anda atau suami Anda.
Ketika Anda memang sedang ngobrol dari hati ke hati dengan seorang teman, pertanyaan semacam ini memang mudah saja terlontar. Mitchell menyarankan agar Anda mengatasi hal ini dengan memberikan komentar, “Gaji kami cukup besar sehingga bisa jalan-jalan ke sini bersamamu!” Jika teman Anda ini tidak menangkap maksud Anda, Anda bisa mengalihkan topik pembicaraan dengan mengatakan bahwa Anda tidak akan membahas masalah pribadi.
2. Seorang teman berutang pada Anda, tetapi mereka tidak membayarnya, atau bahkan membahasnya.
Situasi semacam ini, anehnya, lebih membuat Anda sebagai si pemberi utang tidak nyaman ketimbang yang diberi utang. Sebab, siapa sih yang senang menagih-nagih utang? Tetapi tak ada cara lain untuk menghadapi orang yang bebal seperti ini, kecuali menanyainya langsung (tanpa menuduh bahwa ia berusaha menipu). Coba dekati orang yang berutang itu, lalu tanyalah, “Kapan kamu janji untuk membayar utangmu? Aku harus tahu, supaya aku bisa menghitung dana dalam anggaranku.” Tunggu sampai ia memberikan kepastian mengenai rencana pembayarannya. Bila tiba waktunya ia membayar, jangan ragu menagihnya.
3. Anda makan beramai-ramai dengan teman. Teman-teman Anda memesan menu utama dan berbagai minuman yang mahal, sedangkan Anda hanya memesan makanan ringan dan air putih. Tetapi ketika harus membayar, mereka membagi tagihannya sama rata.
Memang agak terlambat bila Anda menyadari bahwa acara makan bersama ini ternyata harus membagi bonnya sama rata. Meminta bayar sendiri-sendiri akan membuat Anda terkesan pelit, meskipun Anda punya hak untuk itu. Kecuali Anda bisa meminta pada waiter-nya untuk membuat bon secara terpisah, Anda memang harus membayar bon “sama rata” tadi. Jadikan pengalaman ini sebagai pelajaran. Bila kelak Anda pergi makan bareng dengan teman-teman Anda lagi, katakan pada mereka sebelum masuk ke restoran bahwa Anda hanya akan memesan makanan ringan, dan ingin bonnya dipisahkan.
4. Ketika pergi bersama teman atau keluarga, mereka berasumsi bahwa Andalah yang akan membayari semua pengeluaran.
Menurut Mitchell, Anda perlu membahas masalah ini sebelum Anda bepergian. Meskipun begitu, Anda tak perlu mengungkit-ungkit pengalaman sebelumnya. Misalnya, mengapa selalu Anda yang harus membayar. Katakan saja, “Nanti ongkosnya kira-kira per orang Rp 100.000. Kamu mau ikut?” Kemudian ketika tiba waktunya membayar, bayarlah bagian Anda, lalu tinggalkan teman Anda untuk menyelesaikan bagiannya.
5. Teman Anda mendesak Anda untuk mengatakan berapa harga pakaian Anda, kendaraan, gadget, rumah, atau apapun yang menurut Anda bukan urusan mereka.
Ketika ada pertanyaan menyerang seperti ini, Anda tidak punya kewajiban untuk menjawabnya, demikian menurut Laurie Puhn, pakar relationship di New York City, pada situs Real Simple. “Jika teman bertanya tentang posisi seks favorit Anda, apakah Anda merasa harus menjawabnya? Tidak, kan?” kata Puhn.
Bila lain kali teman ini bertanya harga tas kulit Anda yang baru, Anna Post, pakar etiket yang juga penulis buku Emily Post’s Wedding Parties, menyarankan untuk mengelak secara halus. “Jika teman Anda menanyakan berapa harga rumah Anda, katakan, ‘Yah, lebih dari budget saya sih, tapi saya senang bisa membelinya’,” saran Post. Segera setelah itu, gantilah topik pembicaraannya, “Yuk, mau lihat-lihat enggak?” Jawaban Anda akan mengindikasikan bahwa topik harga bukanlah sesuatu yang pantas dibeberkan.
6. Beberapa orangtua murid ingin memberikan hadiah yang mahal untuk guru kelas anak Anda, dan harganya lebih mahal daripada yang ingin Anda belanjakan.
Jika salah satu orangtua murid teman sekelas anak Anda sudah membeli hadiah yang mahal, dan mengumumkan berapa yang harus dibayar masing-masing orangtua, Anda bisa mengucapkan terima kasih karena memilih hadiah yang bagus.
“Katakan, ‘Kami sudah punya hadiah sendiri, jadi kami enggak ikut patungan’,” jelas Robyn Spizman, penulis buku The Giftionary: An A-Z Reference Guide for Solving Your Gift-Giving Dilemmas…Forever!. “Kemudian belilah hadiah yang harganya sesuai kantong Anda.”
Cara lain, jika hadiahnya masih diputuskan dan Anda menginginkan hadiah yang lebih sederhana, kirimkan group e-mail atau SMS ke semua orangtua murid. Berikan masukan-masukan yang spesifik, seperti voucher belanja buku di toko buku favorit guru anak, dengan rincian biaya patungan masing-masing orang. Bila mereka setuju, uruslah pembelian voucher ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar